.
Featured Post Today
print this page
Latest Post

Dunia itu Kebunnya Akhirat



Addunya mazro'atul akhiroh. Dunia itu merupakan kebunnya akhirat. Hal itu adalah pesan Nabi kepada ummatnya. Tersirat maksud fungsikan kebun untuk bertanam. Barang siapa yang menanam pasti akan menuai. Jangan harap menuai bila tak menebar benih. Itulah bimbingan amal sholeh yang harus disebarluaskan ke segenap penjuru bumi.

Benih akan tumbuh dengan baik bila ditunjang beberapa faktor. Diantaranya ialah: tanahnya, petaninya, bibit faktor penyertanya dan faktor yang menentukannya. Carilah faktor X tersebut, sumber segalanya ada didalam dirimu. Tumbuhkan selalu menyertaimu, jangan pernah lepas dariNya.
0 komentar

UJIAN ADALAH SUMBER KEBAHAGIAAN

"dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, & buah-buahan dan sampaikanlah KABAR GEMBIRA kepada orang-orang SABAR yaitu, orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata innalillaahi wa inna ilaihi rooji'uun (sesungguhnya kami milik Allah & kepada-Nya kami kembali), mereka itulah yang memperoleh ampunan & rahmat dari tuhannya & mereka itulah orang-orang yang dapt petunjuk" (QS 2:155-157)
"tak ada satu musibah pun yang menimpa kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya" (S 64:11)
Yakinilah tak ada yang kebetulan, segala sesuatu hanya bisa terjadi dengan izin Allah baik nikmat maupun musibah. dan pasti ada hikmahnya. semakin yakin dan mengembalikan urusan kepada Allah maka akan terbuka hati ini melihat hikmah dibalik kejadian.

"addunya daarul bala' wal imtihan"
dunia itu tempatnya cobaan dan ujian. begitulah Rosulullah mengajari kita. dipertegas lagi Allah berfirman dalam al-qur'an surat al ankabut ayat 2: apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi.

diuji lagi, diuji, dan dijui lagi. demikian cara Allah membimbing kita. lalu apa tujuan semua ini? ayatnya berlanjut. sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar-benar beriman dan yang pendusta.

kata kuncinya Mukmin yang shiddiq dan mukmin yang kidzib. yang jujur dan yang pendusta. yang asli dan yang palsu. biasanya yang asli itu kuat, kokoh dan bertahan, yang palsu itu lemah, rapuh dan tidak kuat bertahan dalam kebenaran.
semua manusia kekasih Allah itu kuat diuji dan bertahan, intinya istiqomah. pegang dengan kuat dan camkan dalam hati.
0 komentar

Orang yang menolak masuk surga

Ada kabar yang mengembirakan, kita akan dikembalikan ke surga lagi, kecuali orang yang menolak kembali.

Siapakah yang menolak itu?

Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Kullu ummati yadkhulunal jannah illa man aba".
Setiap ummatku akan masuk surga, kecuali yang menolak.
Emoh melbu suwargone gusti Allah. Kerasan neng kene, neng ndunyo wae.

Lalu siapa yang tidak mau itu?

Nabi Muhammad bersabda :
"Man athoani dakholal jannah waman ashoni faqod aba".
Barang siapa yang taat kepadaku akan masuk surga dan barang siapa yang durhaka dia menolak masuk surga.
Ketahuilah! itulah nasehat dari Nabi kita semua.
0 komentar

Pelajaran untuk dicermati

Dunia ini bukan rumah hunian kita. Karena moyang kita, mbah Adam imigran dari surga diiringi bunda hawa. Oleh karena itu hidup sejati bukan di sini, akan tetapi kita terlena dengan tipuan dunia.

Kematian bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, tetapi dicermati dari makna tersirat mati. Kita sering mendengar maksud sama, nilai rasanya berbeda. Orang baik dikatakan pejah, orang biasa disebut mati, orang jelek diarani matek. Wong jahat disebut bongko.

Opo maksude?
Yang dinamakan pejah - Penderitaane ba'da. Susahnya sudah selesai, tinggal nikmatnya. yang dinamakan mati - nikmate ganti. Lah yen matek - nikmate entek. Terus bongko iku opo? yo siapo diobong nang neroko.

Astaghfirulloh. Allohumma ajirnii minan naar . . .
0 komentar

MAKALAH BAHASA INDONESIA "MAJAS/GAYA BAHASA"




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya majas termasuk dalam gaya bahasa. Dalam tulisan ini pengertian gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk tujuan tertentu.
Sebenarnya, apakah fungsi penggunaan gaya bahasa? Pertama-tama, bila dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan gaya bahasa termasuk ke dalam fungsi puitik yaitu menjadikan pesan lebih berbobot.[1] Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai dengan waktu dan penerima yang menjadisasaran) dapat menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka, bahkan mengganggu pembaca. Misalnya apabila dalam novel remaja masa kini terdapat banyak gaya bahasa dari masa sebelum kemerdekaan, maka pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak akan disukai pembacanya. Pemakaian gaya bahasa juga dapat menghidupkan apa yang dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat.
Pemakaian majas baik dalam pendidikan atau yang lainnya diharapkan dapat membantu dalam tulisan. Apalagi bagi para pendidik, penulis. Baik novel ataupun penulis puisi. Majas dapat dijadikan sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis dengan pilihan kata, frase, klausa, dan kalimatnya.
Berkenaan dengan hal tersebut bagi peningkatan profesionalisme dan karier pendidik, perlu disusun sebuah makalah yang mampu menjadi wahana para pendidik untuk memperoleh wawasan, pengetahuan, dan konsep keilmuan berkenaan tentang majas.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut:
1.Apa yang dimaksud dengan majas?
2.Apa saja pengelompokan majas?
3.Apa saja macam-macam di dalam kelompok-kelompok majas?
4.Bagaimana contoh-contoh kalimat majas?

C. Tujuan Penulisan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini di susun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Pengertian Majas/Gaya Bahasa
2. Pengelompokan Majas/Gaya Bahasa
3. Macam-macam majas dalam pengelompokan-pengelompokan majas
4. Contoh-contoh kalimat majas






















BAB II
PEMBAHASAN

A.          Definisi Majas/ Gaya Bahasa
Majas atau gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis. Majas adalah cara menampilkan diri dalam bahasa.[2]
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.[3] Dengan kata lain, gaya bahasa atau majas adalah cara khas dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna yang sebenarnya. Sedangkan menurut Prof.Dr.H.G.Tarigan bahwa majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.
Unsur kebahasaan antara lain: pilihan kata, frase, klausa, dan kalimat.Menurut Goris Keraf, sebuah majas dikatakan baik bila mengandung tiga dasar, yaitu: kejujuran,sopan santun, dan menarik.

B.  Jenis-Jenis Majas
1. Majas Perbandingan
a.   Personifikasi
Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia/benda hidup.
Contoh : Baru tiga km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.
b.   Depersonifikasi
Majas yang menampilkan manusia sebagai binatang, benda-benda alam, atau
benda lainnya.
Contoh: Hari, tokoh partai X tidak disukai karena ia sering  menjadi bunglon
c.   Metafora
Majas ini semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung.
Contoh :
Raja siang telah pergi ke peraduannya.
Dewi malam telah keluar dari balik awan.
d.   Simile
Perbandingan dua hal yang sengaja dianggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana.
Contoh: Wajah ibu dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
e.    Alegori
Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh. Perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh.
Contoh: Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera hidup keluargamu sebab lautan kehidupan ini penuh badai, topan yang ganas, batu karang, dan gelombang yang setiap saat dapat menghancurkan. Oleh karena itu, nahkoda dan para awaknya harus selalu seia sekata dan satu tujuan agar dapat mencapai pantai bahagia dengan selamat.
2. Majas Pertentangan
a.   Hiperbola
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya.
Contoh: Tiga tahun telah berlalu sejak meninggalnya kekasihku, namun tak sedetik pun wajahnya hilang dari ingatanku.
b.   Litotes
Majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Contoh: Perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudra luas.
c.   Antitesis
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata yang berlawanan arti.
Contoh: Gadis yang secantik si Ida dipersunting oleh si Dedi yang  jelek itu.
d.   Paradoks
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu solah-olah bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak.
Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
e.   Okupasi
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan. Namun bantahan tersebut kemudian diberi penjelasan/diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh: Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik rokok karena untung banyak.
f.    Kontradiksi Internimis
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah dikatakan sebelumnya. 
Contoh: Semua murid di kelas ini hadir, kecuali Hasan yang sedang ikut jambore.
 3. Majas Pertautan
a.   Metonimia
Gaya bahasa yang menggunakan nama barang/merk dagang sebagai pengganti barang itu sendiri.
Contoh: Kemarin ia memakai Xenia
b.   Sinekdoke
Dapat dibedakan atas:
*   1. Pars Pro Toto
Majas sinekdoke yang melukiskan sebagian tetapi yang dimaksud seluruhnya.
Contoh : Dia mempunyai lima ekor kuda.
*   2. Totem Pro Parte
Majas sinekdoke yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian.
Contoh : Kaum wanita memperingati hari Kartini.
c.   Eufinisme (ungkapan pelembut)
Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
Contoh: Para tuna karya perlu perhatian yang serius dari pemerintah
d.   Alusi
Gaya bahasa yang  menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh yang telah umum dikenal/diketahui orang.
Contoh: Tugu ini mengenangkan kita kembali ke peristiwa Bandung Selatan. 
e.   Elipsis
Gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.
Contoh: Dia dan istrinya ke Jakarta minggu lalu.
f.   Autonomasia
Majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri atau sifat menonjol yang dimilikinnya.
Contoh: Si pincang itu ternyata adalah seorang pengusaha kuliner.
4. Majas Perulangan
a.   Repetisi
Merupakan majas yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata  atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya digunakan dalam pidato.
Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung rakyat, kita junjung dia sebagai pembebas kita.
b.   Pararelisme
Majas seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi. Pararelisme dibagi menjadi:
*   1. Anafora
Jika  kata yang diulang terletak di awal baris.
Contoh:
Kalaulah diam malam yang kelam
Kalaulah tenang sawang dan lapang
Kalaulah lelap orang di lawang
*   2. Epifora
Jika kata yang diulang terletak diakhir baris.
Contoh:
Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau kehendaki, aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
*   3. Simploke
Jika kata yang diulang terletak di awal dan akhir baris.
Contoh :
Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku
Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku
*   4. Mesodiplosis
Jika kata yang diulang terletak di tengah baris.
Contoh:
Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat
*   5. Epanalepsis
Jika kata pertama diulang pada akhir.
Contoh : Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
c.   Kiasmus
Gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan susunan antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh: Yang kaya merasa dirinya miskin, sedang yang miskin mengaku dirinya kaya.
d.   Aliterasi
Sejenis majas yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh:
  Dara damba daku
Datang dari danau
e.   Antanaklasis
Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh: Saya selalu membawa buah tangan kepada buah hati saya.
5. Majas Sindiran
a.   Ironi
Majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir.
Contoh:
  -  O... kamu baru bangun, baru pukul sepuluh pagi.
  -  Bersihnya kamar ini, puntung rokok dimana-mana.
b.   Sinisme
Majas  sindiran yang agak kasar dibandingkan dengan majas ironi.
Contoh: Dengan sifatmu yang malas berusaha semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang bagus.
c.   Sarkasme
Majas sindiran yang paling kasar dibandingkan majas ironi dan sinisme.
Contoh: Otakmu itu memang sudah bukan otak manusia lagi. Otakmu itu sudah menjadi otak udang.
6. Majas Penegasan
a.   Pleonasme
Majas yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh: Salju sudah mulai turun ke bawah.
b.   Klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturt-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang semakin lama semakin memuncak pengertiannya.
Contoh: Semua usia dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua memenuhi arena pasar malam itu.
c.   Antiklimaks
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang semakin lama semakin menurun pengertiannya.
Contoh: Jangankan seribu, seratus, serupiah pun tak ada.
d.   Retoris
Majas penegasan dengan menggunakan kalimat tanya yang jawabannya sudah diketahui.
Contoh: Mana mungkin orang mati hidup kembali?









BAB III
KESIMPULAN


Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas untuk memperoleh efek-efek tertentu. Majas dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :
  1. Majas perbandingan yang terdiri dari personifikasi, depersonifikasi, metafora, simile, alegori.
  2. Majas pertentangan yang terdiri dari hiperbola,litotes, antitesis, paradoks, okupasi, kontradiksi internimis
  3. Majas pertautan yang terdiri dari metonimia, sinekdoke, eufinisme, alusi, elipsis, autonomasia; majas perulangan yang terdiri dari repetisi, pararelisme, kiasmus, aliterasi, antanaklasis; majas sindiran yang terdiri dari ironi, sinisme, sarkasme.
  4. Majas penegasan yang terdiri dari pleonasme, klimaks, antiklimaks, retoris.





















DAFTAR PUSTAKA

Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Primagama, Tentor. 2007. Panduan Belajar Kelas IX SMP. Yogyakarta:Primagama.
Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Kosakata. 1989. Bandung:Angkasa Bandung.




[1] (Jakobson dalam Vanoye, 1971: halaman 59)
[2] Gorys, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
[3] Kamus Besar Bahasa Indonesia
2 komentar

MAKALAH "PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH"

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PANCASILA




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Dasar negara Republik Indonesia adalah Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dan secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, kemudian diundangkan dalam Berita Republik Indonesia tahun II No. 7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945.
Dalam sejarahnya, eksistensi Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung dibalik legitimasi ideologi negara Pancasila.[1] Dengan lain perkataan, dalam kedudukan yang seperti ini Pancasila tidak lagi diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada saat itu. Dalam kondisi kehidupan bermasyarakat dan berbangsa yang sedang dilanda oleh arus krisis dan disintegrasi maka Pancasila tidak terhindar dari berbagai macam gugatan, sinisme, serta pelecehan terhadap kredibilitas dirinya sebagai dasar negara ataupun ideologi, namun demikian perlu segera kita sadari bahwa tanpa suatu platform dalam format dasar negara atau ideologi maka suatu bangsa mustahil akan dapat survive dalam menghadapi berbagai tantangan dan ancaman.
Berdasarkan kenyataan tersebut di atas gerakan reformasi berupaya untuk mengembalikan kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang hal ini direalisasikan melalui Ketetapan Sidang Istimewa MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan P-4 dan sekaligus juga pencabutan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi Orsospol di Indonesia. Ketetapan tersebut sekaligus juga mencabut mandat MPR yang diberikan kepada Presiden atas kewenangan untuk membudayakan Pancasila melalui P-4 dan asas tunggal Pancasila. Monopoli Pancasila demi kepentingan kekuasaan oleh penguasa inilah yang harus segera diakhiri, kemudian dunia pendidikan tinggi memiliki tugas untuk mengkaji dan memberikan pengetahuan kepada semua mahasiswa untuk benar-benar mampu memahami Pancasila secara ilmiah dan obyektif.
Dampak yang cukup serius atas manipulasi Pancasila oleh para penguasa pada masa lampau, dewasa ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan bahwa Pancasila merupakan label politik Orde Baru. Sehingga mengembangkan serta mengkaji Pancasila dianggap akan mengembalikan kewibawaan Orde Baru. Pandangan sinis serta upaya melemahkan ideology Pancasila berakibat fatal yaitu melemahkan kepercayaan rakyat yang akhirnya mengancam persatuan dan kesatuan bangsa, contoh: kekacauan di Aceh,Kalimantan, Sulawesi, Ambon , Papua, dll.

B.     Rumusan Masalah
  1. Apakah hakikat Pancasila ?
  2. Apa pengertian dari Pancasila ?
  3. Bagaimana sumber dan nilai Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia ?

C.     Tujuan
Berdasarkan alasan diatas, maka tanggung jawab kita bersama sebagai warga negara untuk selalu mengkaji dan mengembangkan Pancasila. Terutama dalam konteks sejarah, yaitu meliputi asal kata, pengertian, dan juga sumber dan nilai-nilai pancasila dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakikat Pancasila
Kedudukan dan fungsi Pancasila bilamana dikaji secara ilmiah mempunyai pengertian dan arti yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, sebagai pandangan hidup bangsa, sebagai ideologi bangsa dan Negara, sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya terdapat berbagai macam terminologi yang harus didesktipsikan secara objektif. Selain itu, pancasila secara kedudukan dan fungsinya juga harus di pahami secara kronologis.

B.     Pengertian Pancasila
Kedudukan dan fungsi Pancasila jika dikaji secara lebih detail memiliki pengertian yang luas, baik dalam kedudukannya sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi negara dan sebagai kepribadian bangsa bahkan dalam proses terjadinya, terdapat berbagai macam terminologi yang harus kita deskripsikan secara obyektif. Oleh karena itu untuk memahami Pancasila secara kronologis baik menyangkut rumusannya maupun peristilahannya maka pengertian pancasila meliputi :

1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dari India, menurut Muhammad Yamin dalam bahasa Sansekerta kata Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal, yaitu :[2]
  • Panca artinya lima
  • Syila artinya batu sendi, alas, dasar
  • Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik/senonoh
Secara etimologis kata Pancasila berasal dari istilah Pancasyila yang memiliki arti secara harfiah dasar yang memiliki lima unsur.
Kata Pancasila mula-mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Dalam ajaran Budha terdapat ajaran moral untuk mencapai nirwana dengan melalui samadhi dan setiap golongan mempunyai kewajiban moral yang berbeda. Ajaran moral tersebut adalah Dasasyiila, Saptasyiila, Pancasyiila. Pancasyiila menurut Budha merupakan lima aturan (five moral principle) yang harus ditaati, meliputi larangan membunuh, mencuri, berzina, berdusta dan larangan minum-minuman keras.[3]
Melalui penyebaran agama Hindu dan Budha, kebudayaan India masuk ke Indonesia sehingga ajaran Pancasyiila masuk kepustakaan Jawa terutama jaman Majapahit yaitu dalam buku syair pujian Negara Kertagama karangan Empu Prapanca disebutkan raja menjalankan dengan setia ke lima pantangan (Pancasila). Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam tersebar, sisa-sisa pengaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih dikenal masyarakat Jawa yaitu lima larangan (mo limo/M5) :[4]
  1. mateni (membunuh)
  2. maling (mencuri)
  3. madon (berzina)
  4. mabok (minuman keras/candu)
  5. main (berjudi).

2. Pengertian Pancasila Secara Historis
Sidang BPUPKI pertama membahas tentang dasar negara yang akan diterapkan. Dalam sidang tersebut muncul tiga pembicara yaitu M. Yamin, Soepomo dan Ir.Soekarno yang mengusulkan nama dasar negara Indonesia disebut Pancasila.
Tanggal 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 termasuk Pembukaannya yang didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip sebagai dasar negara. Walaupun dalam Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah/kata Pancasila, namun yang dimaksudkan dasar negara Indonesia adalah disebut dengan Pancasila. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan rumusan dasar negara yang secara spontan diterima oleh peserta sidang BPUPKI secara bulat. Secara historis proses perumusan pancasila adalah :
  1. Mr. Muhammad Yamin
Pada sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945, M. Yamin berpidato mengusulkan lima asas dasar negara sebagai berikut :
1.      Peri Kebangsaan
2.      Peri Kemanusiaan
3.      Peri Ketuhanan
4.      Peri Kerakyatan
5.      Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau juga menyampaikan usul secara tertulis mengenai rancangan UUD RI yang di dalamnya tercantum rumusan lima asas dasar negara sebagai berikut :
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Kebangsaan persatuan Indonesia
3.      Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
  1. Mr. Soepomo
Pada sidang BPUPKI tanggal 31 Mei 1945 Soepomo mengusulkan lima dasar negara sebagai berikut :
1.      Persatuan
2.      Kekeluargaan
3.      Keseimbangan lahir dan bathin
4.      Musyawarah
5.       Keadilan rakyat
  1. Ir. Soekarno
Pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan dasar negara yang disebut dengan nama Pancasila secara lisan/tanpa teks sebagai berikut :
1.      Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia
2.      Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3.      Mufakat atau Demokrasi
4.      Kesejahteraan Sosial
5.      Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan kelima sila dapat diperas menjadi Tri Sila yaitu Sosio Nasional (Nasionalisme dan Internasionalisme), Sosio Demokrasi (Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat), Ketuhanan yang Maha Esa. Adapun Tri Sila masih diperas lagi menjadi Eka Sila yang intinya adalah“gotong royong”.
  1. Piagam Jakarta
Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan sidang oleh 9 anggota BPUPKI (Panitia Sembilan) yang menghasilkan “Piagam Jakarta” dan didalamnya termuat Pancasila dengan rumusan sebagai berikut :
1.      Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan sya’riat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

3. Pengertian Pancasila Secara Terminologis
Dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut :
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Kemanusiaan yang adil dan beradab
3.      Persatuan Indonesia
4.      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
/ Perwakilan
5.      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia. Namun dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia dalam upaya bangsa Indonesia mempertahankan proklamasi dan eksistensinya, terdapat pula rumusan-rumusan Pancasila sebagai berikut :
a.       Dalam Konstitusi Republik Indonesia Serikat (29 Desember – 17 Agustus
1950)
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Peri Kemanusiaan
3.      Kebangsaan
4.      Kerakyatan
5.      Keadilan Sosial
b.      Dalam UUD Sementara 1950 (17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Peri Kemanusiaan
3.      Kebangsaan
4.      Kerakyatan
5.      Keadilan Sosial
c.       Dalam kalangan masyarakat luas
1.      Ketuhanan Yang Maha Esa
2.      Peri Kemanusiaan
3.      Kebangsaan
4.      Kedaulatan Rakyat
5.      Keadilan Sosial
Dari berbagai macam rumusan Pancasila, yang sah dan benar adalah rumusan Pancasila yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 dan Ketetapan MPR No. III/MPR/2000.
Nilai –nilai Pancasila telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dulu kala sebelum bangsa Indonesia mendirikan negara. Proses terbentuknya negara Indonesia melalui proses sejarah yang cukup panjang yaitu sejak zaman batu hingga munculnya kerajaan-kerajaan pada abad ke-IV.
C.     Sumber dan Nilai-Nilai Pancasila Dalam Perjalanan Sejarah Bangsa Indonesia
1.      Zaman Kutai
Pada zaman ini masyarakat kutai yang membukai zaman sejarah Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai-nilai sosial politik, dan ketuhanan.
2.      Zaman Sriwijaya
Cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam sesuatu negara telah tercemin pada kerjaan Sriwijaya[5] yang berbunyi yaitu marvuat vanua criwijaya siddhayara subhika (suatu cita-cita negara yang adil & makmur).
3.      Zaman Kerajaan-Kerajaan Sebelum Kerajaan Majapahit
Pada zaman ini diterapkan antara lain untuk raja Aiar Langgi sikap tolerensi dalam beragama nilai-nilai kemanusiaan (hubungan dagang & kerjasama dengan Benggala, Chola, dan Chompa) serta perhatian kerjahteraan pertanian bagi rakyat dengan dengan membangun tanggul & waduk.
4.      Zaman Kerajaan Majapahit
Sumpah Palapa / Gadjahmada berisi cita-cita mempersatukan seluruh Nusantara.[6]
5.      Zaman Penjajahan
Setelah Majapahit runtuh maka berkambanglah agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu maka berkambang pula kerajaan-karajaan Islam seperti kerajaan Demak. Selain itu, berdatangan juga bangsa-bangsa Eropa di Nusantara.
Bangsa asing yang masuk ke Indonesia pada awalnya berdangan, namun kemudian berubah menjadi praktek penjajahan. Adanya penjajahan membuat perlawanan dari rakyat Indonesia di berbagai wilayah Nusantara, namun karena tidak adanya kesatuan& persatuan di antara mereka maka perlawanan tersebut senantiasa sia-sia.
6.      Kebangkitan Nasional
Pada masa ini banyak berdiri gerakan-gerakan nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan kekuataannya sendiri.[7]
7.      Zaman Penjajahan Jepang
Jepang menjanjikan kemardekaan tanpa syarat kapada bangsa Indonesia. Bahkan untuk mendapatkan simpati & dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi janji tersebut maka dibentuklah suatu badan yang bertugas  untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).


















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Jadi dari pembahasan di atas bisa disimpulkan bahwa pancasila merupakan sumber dan nilai yang penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi negara dan sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenal diri dan tanah air sebagai negara kepulauan dari berbagai aspek kehidupan.
Demikian makalah tentang Pancasila Dalam Konteks Sejarah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.




















DAFTAR PUSTAKA

Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya,2011,Merevitalisasi Pendidikan Pancasila sebagai pemandu reformasi,IAIN Sunan Ampel Press,Surabaya.

Sunaryo Wreksosuhardjo,2005,Ilmu pancasila yuridis kenegaraan dan ilmu filsafat pancasila,Yogyakarta.

Hartono, 1992,Pancasila ditinjau dari segi histiros,Rineka cipta,Jakarta.

Kaelan, 2010, Pendidikan Pancasila, Paradigma, Yogyakarta



[1] Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya,2011,Merevitalisasi Pendidikan Pancasila sebagai pemandu reformasi,IAIN Sunan Ampel Press,Surabaya. Hal. 239
[2] Sunaryo Wreksosuhardjo,2005,Ilmu pancasila yuridis kenegaraan dan ilmu filsafat pancasila,Yogyakarta. Hal. 21
[3] http://id.wikipedia.org/, di akses 28 oktober 2011
[4] Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya,2011,Merevitalisasi Pendidikan Pancasila sebagai pemandu reformasi,IAIN Sunan Ampel Press,Surabaya. Hal. 137-138
[5] Hartono, 1992,Pancasila ditinjau dari segi histiros,Rineka cipta,Jakarta,. Hal. 3
[6] Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya,2011,Merevitalisasi Pendidikan Pancasila sebagai pemandu reformasi,IAIN Sunan Ampel Press,Surabaya. Hal. 42
[7] Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya,2011,Merevitalisasi Pendidikan Pancasila sebagai pemandu reformasi,IAIN Sunan Ampel Press,Surabaya. Hal.47
0 komentar
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Punya Lurjaf - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger